Saya udah nulis ini lama di dokumen word sama halnya kaya di Sutory #9
Kepada
yang selalu ada dalam ingatan,
Timika
Sa
tidak tau mau mulai dari mana, mungkin bisa dari tempat dimana sa berada
sekarang. Sekarang sa lagi di ruangan lab komputer umi, tidak terasa, sa sudah
jadi asisten di sini. Sambil mengetik ini, sa liat-liat sa pu teman-teman dari
arus kuat yang lagi tulis dong pu laporan praktikum mesin-mesin, praktikum
terakhirnya mereka di semester (6) ini, sambil dengar lagu suara dari hijau daun
yang fahri putar.
Ko tau,
apa yang sa pikirkan kalau dengar lagu ini? Itu, sekolah sd yapis lantai 2
kelas 6, kelas pertama sesudah ruang guru lantai 2. Apa yang ada di ingatan
adalah sa lagi liat ke arah utara kelas, menghadap rumah-rumah warga, berdiri
sama kiki dewi, cerita hal random termasuk tentang kemungkinan terpilihnya
barrack Obama, yang pada saat itu sa sebut barat Obama, sebagai calon presiden
amerika serikat. Sa harap setiap ingatan di tempat itu tidak hilang dari
ingatan, ingatan ini. Terlalu indah, sungguh.
Apa
yang terjadi di sd yapis, mulai sa bisa ingat, pilah pilah, ingat dengan jelas
sejak kelas 3 ke atas, kelas 3 ke bawah sa tidak ingat banyak, mungkin karena
masih terlalu muda, atau karena terlalu banyak hal random terjadi, salah
satunya berak celana di jalan samping masjid al-furqon, ditemani hamni saputri
yanti ari putri. Hamni ini pernah bilang dia sangat berterima kasih sama sa,
karena sa su ajari dia cara menulis, itu yang buat dia pu tulisan jadi bagus.
Sa anggap kita su sama sama berutang budi dan lunas satu sama lain. Sa ajari
dia menulis, dia temani sa pi cebok di wc masjid al-furqon. Random skali
memang, celana yang sa pake waktu sa berak celana, sa bawa pulang di rumah,
bungkus pake kantong plastik bening yang hamni cari sembari sa cebok sambil
menangis. Sampai rumah sa mama bilang “kam
pulang lewat kali, kenapa tidak skalian buang? Bawa pulang celana penuh tai ini
di rumah, ko suruh mama cuci?” sa
ingat itu celana warna pink, sa pu celana pendek kesukaan karena de pu kain itu
dingin adem enak dipake. Demi, ini random skali. Tapi sa iyo saja, sa paham
bahwa kita masih terlalu muda skali untuk bisa memutuskan sesuatu.
Hamni,
dimanapun ko berada sekarang, semoga ko sehat selalu. Minta maaf untuk telapak
tanganmu yang pernah sa tinju sampai buat ko menangis dulu pas jam pulang
sekolah. Maaf dulu sa masih jadi manusia yang belum tau esensi kata maaf saat
melakukan kesalahan. Tapi dulu sa pikir kalo ko itu orang yang cengeng, sa
tidak tinju sekeras itu, pelan, hanya seperti saat sa main ‘tumbu tumbu blanga’ sama marisa, sa pu teman di rumah’. Di sisi lain sa berpikir, mungkin sa
memang berandalan dulu, sa orang yang keras, ketemu orang yang lemah seperti
hamni, sentuhan yang tidak begitu keras, bisa buat dia menangis. Sa tidak
begitu ingat sa pisah sama hamni pas sa kelas berapa, mungkin kelas dua.
Pas kelas
3 sa ketemu sama anak baru pindahan dari makassar atau jawa, sa tidak terlalu
ingat. De pu nama sa tidak ingat, yang sa ingat, tulisannya, tulisan sambung.
Sa berpikir, anak ini pasti ketinggalan jauh kalau bu guru dikte, “de menulis lama skali”. Satu hal yang sa ingat tentang si
tulisan sambung ini juga, de sering traktir sa makan batagor enak depan
sekolah. Ini yang sa suka dari dia, walaupun memang de pu tulisan sambung tidak
bisa dimaafkan, tapi dia yang bisa buat sa makan batagor harga 2 ribu, di saat
waktu itu sa hanya mampu beli seribu. Tidak lama sa bisa makan batagor dua
ribuan, tanpa aba-aba suatu hari de su pindah lagi. Kehidupan sd memang
dipenuhi dengan anak-anak nomaden.
Satu
lagi cerita anak nomaden yang sangat berkesan waktu sa kelas 2 sd, aisyah nur
insan ramadani dan farida izmi maulida. Sa ingat skali dong pu nama karena kita
dulu beppu (bestfriend) (sama aisyah saja- farida tidak). Sa ingat satu waktu,
sa berkelahi sama aisyah, karena anak lain di kelas yang merasa sa ganggu pertemanannya
sama aisya dan farida. Padahal sa fine saja. Anak lain ini Namanya ice. Sa
masih berteman virtual secara baik sama ice sampai sekarang, tong dua baku
follow di Instagram. Sama ice juga banyak skali cerita, karena kita sudah
ketemu di sd cukup lama, teman jalan pulang sekolah juga walaupun tidak lama,
sesekali. Kalau tidak salah kita ketemu sejak kelas 1 sd, tapi sa tidak terlalu
ingat.
Kembali
ke cerita aisyah. Dulu waktu sd, kita suka tulisi binder dengan biodata
teman-teman sama kita punya biodata masing-masing. Satu kali sa liat pernah
waktu kita masih sementara baku bombe, sa baca biodatanya di bindernya siapa
itu, sa lupa.
Nama
sahabat terbaik: badillah
De
malu, tapi sa senang skali. De bilang ko marah sama saya, tapi sa tetap anggap
ko jadi sa pu teman terbaik. Part ini sa hampir lupa si. Sa hampir lupa kalo sa
pernah dapat kata-kata menyentuh ini saat hidup dalam kebadjinganan kehidupan
sd. Sa tidak akan bilang “aisyah
dimanapun ko berada” karena
sa tau dia ada di makassar. Ada satu waktu sa penasaran skali dimana rimbanya
sekarang orang-orang random ini. Sa search di facebook, aisyah sudah lulus dari
salah satu kampus negeri di makassar.
Disclaimer,
tulisan ini sa tulis di laboratorium komputer lantai 4 fakultas teknik UMI,
dalam ruang praktikum, Bersama sa ada fahri, ali, afsal dan haerul. Sa
ketawa-ketawa sendiri ingat-ingat sa pu cerita sd.
Dibalik
randomnya orang-orang di atas, cara sa masuk sekolah sd yapis juga random
skali, entah. Sa bangun-bangun su duduk di bangku paling belakang. Bangku pas
sd dulu masih pake bangku yg panjang-panjang yang bisa diduduki sampai 4 orang,
tapi waktu itu bu guru atur supaya cukup 3 orang saja.
Di pagi
hari yang random, saat sa masih 5 tahun, sa mama antar sekolah, terus bu guru
gotong sa duduk di bangku paling belakang Bersama 2 orang lain. Sa ingat satu
orang itu anak dari mba jual jagung yang sering keliling kebun sirih, sa pu tempat
tinggal. Kebuh sirih. Sedangkan yang satunya lagi adalah anak perempuan yang
menjadi satu-satunya teman sd yang ada nomornya di sa hape. Namanya nurlina.
Dengan nama rumah dipanggil ayu, jauh skali memang. Sejauh jalanan pulang dari
sd yapis ke rumah masing-masing. Tidak terlalu jauh sebenarnya, karena kita
jalan sama-sama.
Sa
dengan sangat percaya diri bisa bilang kalau nurlina ini sa pu teman pertama di
sd yapis. Sa tidak bisa cerita bagaimana kita berteman, karena demi…, ini random skali. Tapi sa asumsi
kayaknya karena kita sering pulang sama-sama. Nurlina tinggal di jalan ahmad
yani, sa juga, tapi sa agak jalan lagi sedikit sampai kebun sirih. Intinya dari
sekolah jalan terus.. sampai depan masjid al-furqon (tempat sa pernah berak
celana yang sa cerita di awal tadi), nurlina belok kiri, sa belok kanan.
Banyak
skali, terlalu banyak kalau mau dicerita satu satu. Sa tidak tau ini akan habis
berapa lembar. Baru sd, belum smp, belum sa kehidupan sebelum sa masuk sekolah.
Banyak skali. Cukup lama ko sudah jadi sa tempat tinggal. Sa bisa bilang, kebun
sirih bukan sebuah tempat tinggal, lebih dari itu, kebun sirih bagian dari sa
pu jiwa. Bagaimana tidak, sa rasa tertrigger setiap dengar nama kebun sirih.
Ko
bayangkan saja, 13 tahun kita sama sama. Setiap jalanan yang sa lalui, earphone
yang sa pasang di telinga setiap pulang sekolah. Mungkin kalau sekarang, jarak
dari smpn2 ke kebun sirih itu bukan jarak yang dekat, tapi lihat dulu, kita
jalan sama-sama. Jarak sejauh itu, seperti tidak ada apa apa. Karena memang ko
slalu ada dalam ingatan.
Sa
rindu skali.
Bisa
kita ketemu lagi ka?
Sa
rindu ko skali.
Komentar
Posting Komentar