Langsung ke konten utama

Sutory#4 Seperti Dendeng Sapi

 

Tadi sore agak sibuk dari sore sore biasanya, yang biasanya mungkin badan menempel di Kasur atau mungkin sedang berdiri di ‘balkon’ lantai dua kos, hari ini saya ke kantor kelurahan Tamalanrea untuk mengambil APD guna mendukung dan berpartisipasi dalam upaya pemerintah kota Makassar dalam menekan kasus Covid-19 yang ada di Makassar, dimana dari segi zona orange. Zona orange ini berarti masyarakat harus lebih meningkatkan kewaspadaan mereka dalam beraktifitas, adanya pembatasan mobilisasi, serta penggunaan alat pelindung diri dan kondisi hand hygiene. Tenaga Kesehatan pun memiliki tanggungjawab dalam menekan prevalensi wabah virus ini dengan cara melakukan deteksi dini, screening contohnya.

Saya agak sedikit kesulitan tadi saat di kelurahan karena ternyata koordinator kelurahan saya, yang membawa APD sudah pulang duluan sehingga memaksa saya untuk mengambilnya di lokasi yang sudah di tentukan. Saya lihat jam di gadget saya yang mungkin dalam beberapa detik ke depan akan mati karena baterai tersisa 1%, pukul 17.06 WITA. Mencoba dengan gercep membuka google Maps, melihat jarak kantor kelurahan Tamalanrea ke Perintis Kemerdekaan VIII Blok AG sekitar 16 menit dengan berjalan kaki, sedangkan dengan motor sekitar 8  menit. Setelah melihat dengan baik lokasi tujuan, gadget saya benar-benar mati, Ok, saya putuskan naik pete-pete dengan patokan berhenti adalah lorong tepat di depan Dinas Pendidikan. Sempat ingin menghubungi teman menjemput saya, teman yang bukan sekadar teman, saya baru ingat ‘mereka’ sedang ‘bersemedi’ di hutan. Sambil duduk dengan tenang di dalam pete-pete, mata saya tidak berhenti melihat sebelah kanan untuk mengamati jangan sampai saya melewatkan kantor Dinas Pendidikan, akhirnya sampai sesuai keinginan.

Berjalan masuk melalui lorong, seperti tidak asing, saya melihat STIKES Nani Hasanuddin, mantan calon kampus saya dulu. Iya, saya dan teman-teman saya dari unha** sempat akan dipindahkan ke kampus ini. Terlihat abang bentor sedang nongkrong asyik depan kampus tersebut, bertanyalah saya “blok AG sebelah mana pak?”. Ikutlah saya sesuai petunjuk dari si abang bentor. Kemudian berjalan sebentar, saya baru ingat ternyata ini jalan menuju warkop tempat pencarian dana untuk buka puasa Bersama HME FT-UMI dua bulan lalu, tidak heran saya tidak ingat dengan jelas karena melewati jalan ini selalu pada malam hari.

Berjalan terus dan terus sambil mencari tempat yang kiranya dapat saya singgahi untuk mencharger gadget saya yang sudah sekarat sedari tadi, mungkin ada informasi di grup yang bisa memberikan petunjuk menjawab pertanyaan dalam hati saya “DIMANA KAH RUMAHNYA BERADA, UDAH DENYUT DENYUT BETIS SAYA JALAN DARI JALAN POROS SAMPAI SINI”, tidak apa, cuaca sangat sejuk, maklum baru selesai hujan. Kembali saya ciptakan Pelangi di depan mata saya. Qadarullah saya bertemu dengan orang yang sedang mencari rumah korlu, Bersama samalah kita mencari dan sampailah pada tujuan.

Kembali saya melewati jalan yang saya lalui tadi dengan tas yang penuh terisi APD, sedikit berat. Langit masih berwarna orange pudar dengan sedikit vibe sendu sehabis hujan, ya tipikal jam 17.30nya Makassar, tetap cerah. Sembari jalan, saya melihat ada rumah makan padang, singgahlah untuk membeli menu favorit saya, nasi ayam 13.000,-. Saya baru pertama kali makan nasi padang saat saya berada di Makassar, seorang teman dari Teknik Mesin 19 membelinya untuk kita berdua, itupun setelah bergelut panjang tentang “makan apa nih?”. Seingat saya ini sehari sebelum pengkaderan kami Angkatan 2019. Pertama kali makan, saya bingung kenapa daun singkong bisa seenak ini. Dari saat itu, saya mengakui nasi padang adalah makanan favorit saya, setelah mi goreng dan bakso yang dulu pernah membuat saya tifus (baca:tipes). Saya pikir, saya harus bertanya kembali ke teman Teknik mesin 19 dimana dia membeli nasi padang waktu itu, rasanya berbeda. Bagaimana bisa daun singkong terasa seperti dendeng sapi. Bagaimana saya bisa berpendapat bahwa rasanya seperti dendeng sapi sedangkan saya belum pernah makan dendeng sapi. Tidak tahu, saya hanya lihat dari bentuknya sepertinya seperti itu.

Sesampainya saya depan jalan poros tepatnya depan dinas Pendidikan, menunggu pete-pete sebentar, kondisi seperti biasa, pete-pete ramai. Pikir saya, tidak apa, ini hanya perjalanan beberapa menit untuk sampai ke pampang. Terlihat seorang ibu dengan dua anaknya yang masih kecil mungkin berumur 1 dan 3 tahun duduk di depan saya, sepertinya ibunya adalah pedagang asongan, saya melihat beberapa gelas minuman di dalam tas plastik yang dibawanya beserta beberapa lembar popok anak. Bukan naif, setiap melihat pemandangan seperti ini, doa saya dalam hati adalah semoga saya bisa menjadi orang hebat di masa depan agar dapat membantu lebih banyak orang.

Pete-pete berjalan dengan laju, hingga sampai depan rumah-rumah tentara? Saya tidak tahu pasti itu apa, yang jelas rumah-rumah itu berwarna hijau, dengan slogan di gerbangnya SETIA HINGGA AKHIR. Tiba-tiba saya teringat dengan kata Previledge. Bahwa orang dengan previledge yang banyak memiliki tanggungjawab yang lebih besar. Seketika Maudy Ayunda terlintas di pikiran saya, “dari gelar akademik yang Maudy punya serta keistimewaan dia yang sudah berkuliah di sekolah terbaik di dunia, terlepas dari itu, dia juga punya beban yang banyak”. Sama halnya dengan saya, “punya previledge buat bisa kuliah di dua jurusan berbeda, saya punya tanggungjawab yang besar, yang mana kalau tidak saya lakukan berarti saya bukan orang yang Amanah”. Saya paham bahwa, tujuan kita diciptakan di dunia ya untuk beribadah pada Allah SWT. Segala kegiatan kita adalah ibadah, termasuk pekerjaan kita. Oleh karena itulah kita harus bersungguh-sungguh dalam bekerja, terapkan ilmu yang sudah kita peroleh dengan maksimal, karena ini terhitung sebagai ibadah. Jikalau ada yang tidak sesuai antara apa yang kita peroleh dengan apa yang kita terapkan, apakah ini bukan termasuk tidak ‘amanah’?

 

Saya sangat mengantuk sekarang, 0:42 WITA, benar-benar ingin tidur. Semoga kegiatan screening Makassar Recover besok dapat berjalan dengan lancar. Mari berdoa sebelum tidur agar tidur kita bernilai ibadah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sutory#2 Harubiru

            Beberapa hari yang lalu tepatnya pagi 22 Juni 2021, masih sangat pagi, langit Makassar masih warna biru tua sekitar pukul 05.30 WITA, saya duduk depan laptop untuk mengerjakan laporan praktikum Teknik digital dan elektronika analog, tiba-tiba pikiran saya jadi harubiru. Seperti flashback ke beberapa tahun lalu saat masih kuliah di FK UHO. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah ya, momen-momen harubiru seperti ini biasanya muncul kalau lagi sementara kerja tugas dan capek atau paling tidak merasa tertekan dengan orang-orang yang related seperti dosen atau asisten laboratorium atau teman-teman di kampus, pokoknya orang yang ada hubungannya sama tugas itu. Tapi, harubiru kali ini seharusnya bukan karena salah satu hal di atas, seharusnya. Alasannya ya, karena lab nya cukup santai, tugas-tugas perkuliahan sudah selesai semua alias hutang sama dosen sudah lunas, asisten laboratorium kali ini juga baiiiknya masyaa Allah, dan teman-teman angkat...

Akhir Tahun 2024

Hari ini aku sangat ingin makan sushi, sebenarnya udah dari beberapa hari yang lalu sih.. akhirnya jam 14.30 tadi siang aku putuskan untuk ke Ramen1 untuk take away  2 kotak sushi. aku makan 1 setengah kotak dan aku merasa sudah sangat kenyaaang. ku lihat jam baru jam 16.00, hm abi masih lama pulang kantor. tapi ternyata aku baru ingat kalau hari ini hari Jum'at, yang mana pulangnya lebih cepat dari hari kerja biasanya. otw lah aku ke pelindo, dan sekarang aku sedang berada di parkiran, haha hehe ketik ketik tulisan ini. ketika jalan-jalan di Nipah tadi, dalam hatiku berkata.. "Ya Allah, Ya Tuhanku.. Hambamu ini, Hambamu yang bernama Badillah Ode Jul ini tidak cocok menjadi manusia yang miskin, maka jadikanlah aku manusia yang kaya hati, kaya harta, kaya kebaikan, dan berikanlah aku kesehatan, berkahilah aku dengan keselamatan dunia dan akhirat, aamiin". Aku selau bermimpi dan meminta yang banyak. walau ini terkesan bahwa aku adalah orang yang ga sabaran, suka menuntut, d...

Ini cerita yang paralel

  Ini abok dan bopak yang lagi mabok (abok saja), mabok perjalanan dari kota kendari ke pelabuhan amolengo, soalnya kami sekeluarga mau pulang kampung via jalur darat + laut pakai fery. Dulu awal-awal smp abok suka mabok kalo naik mobil, jadi bopak bilang katanya abok tidak bisa jadi istri pejabat. iya, abok sepertinya tidak cocok jadi istri pejabat, cocoknya jadi istri pelaut. jangan di aminkan. selain suka mabok (perjalanan), abok juga orangnya grogian. pernah satu waktu di masa maba, katakanlah saat perkenalan mahasiswa baru di fakultas, dikumpullah semua maba-maba dari semua jurusan. tiap jurusan diminta perwakilan satu ke depan buat perkenalkan diri pake bahasa inggris. entah gimana ceritanya, seangkatan abok dari elektro semua menunjuk abok buat maju, abok yang punya basic inggris tentu saja... gemetar seluruh badan. tapi apa boleh dibuat kata abok.. "maju aja". sampai di depan, abok mulai pasrah, ngeliat ke depan dan anak sebelah dia. kalo mau dibilang, abok orangnya g...